100 Dol Iringi Ritual Duduk Penja

100 Dol Iringi Ritual Duduk Penja

BENGKULU, BE - Pelaksanaan festival Tabot digelar mulai 1 sampai dengan 10 Muharram. Festival yang diselenggarakan berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Bengkulu dalam rangka memperingati gugurnya Amir Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Padang Karbala (Irak). Perayaan ini telah diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak abad 14. Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal. Dalam kegiatan tabot ada salah satu prosesinya Duduk Penja dimana prosesi ini ritual membersihkan jari-jari yang kemudian disusun dalam tiang salah satu tabot sakral. Prosesi ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada kebesaran Hasan-Husein. Kegiatan ini dilakukan oleh semua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) berlangsung selama 2 hari yakni pada tanggal 4 dan 5 Muharram. Robi Baheram, Ketua Yayasan 10 muharam ketika ditemui Bengkulu Ekspress mengatakan salah satu prosesi tabot yakni  ritual Duduk Penja.\" 100 dol akan memeriahkan ritual Duduk Penja,\" katanya. Dijelaskan robi Duduk Penja adalah Pending Jari-Jari yang berbentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga serta disimpan diatas rumah sekurang-kurangnya selama satu tahun. Didahului dengan berdoa, Penja diturunkan untuk di cuci, dilengkapi sesajen berupa emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu. Setelah dicuci, keluarga pembuat tabot langsung mengantarkan Penja yang dibungkus ke gerganya, dengan diiringi bunyi dol dan tassa, untuk disimpan kembali selama upacara perayaan tabot.\" Dengan ikut melestarikan budaya ini, Yayasan 10 Muharam yang memiliki binaan sanggar Rumpun Melayu Pesisir Bencoolen ikut berpartisipasi dalam kegiatan Duduk Penja tersebut,\" jelasnya. Sanggar Rumpun Melayu Pesisir Bencoolen yang diketuai oleh Junaidi ini mengiringi prosesi duduk penja dengan membawah 100 dol yang ditabuh oleh masyarakat setempat yang beralamatkan di Jl. Kerapu RT 02.RW 01 No.61 Kel. Berkas Kec. Teluk Segara Kota Bengkulu. Tradisi Telong-telong \"RIO-MEMBUATSementara itu, Berbagai cara dilakukan untuk bisa ikut serta dalam melestarikan tradisi, salah satunya dengan selalu ikut serta pada rangkai kegiatan Tabot seperti lomba telong-telong. Hal ini seperti yang dilakukan para pemuda RT 9 Kelurahan Sukamerindu yang selalu mengikuti lomba telong-telong setiap tahunnya. \"Ini kan bagian dari permainan tradisional, sehingga kita ingin melestarikan budaya ini salah satunya dengan selalu mengikuti perlombaan ini setiap tahunnya,\" ungkap Ketua tim pembuatan Telong-telong Kelurahan Sukamerindu, Aprianto (30). Dalam pembuatan telong-telong tahun ini, ia bersama keempat rekannya yaitu Novi, Ardi, Nuar dan Ari membuat telong-telong menyerupai heli Apache. Dalam pembuatan telong-telong ini mereka selalu menyesuaikan motif dengan peringatan yang sedang dilaksanakan, dan mereka membuat telong-telong menyerupai heli apache ini karena bertempatan dengan momentum hari pahlawan yang yang diperingati setiap tanggal 10 November. Dalam pembuatan telong-telong tersebut mereka setidaknya menghabiskan biaya sebesar Rp 4 juta. Miniatur heli apache tersebut mereka buat sepanjang 10 meter dengan lebar sekitar 5 meter. Bahan yang digunakan untuk membuat kerangkanya adalah bambu dengan besi dengan jangka waktu pembuatan sekitar 1 bulan penuh. \"jika ini nanti sudah jadi, semuanya akan beroperasi baling-baling depan dan belakang akan berputar dan nanti kami juga akan sediakan kursi untuk pilotnya, sehingga pada saat penilaian nanti layaknya heli sungguhan,\" tambah Aprianto. Dana yang mereka gunakan untuk mebuat telong-telong ini berasal dari kantong pribadi, karena mereka hanya mendapat bantuan sebesar Rp 600 ribu dari Dinas Pariwisata. meskipun menang nantinya menurut mereka tidak akan mengembalikan modal yang telah mereka buat. Namun bagi mereka modal tidak balik modal bukanlah menjadi persoalan yang penting adalah kepuasan mereka dalam mengkreasikan ide serta upaya mereka melestarikan tradisi yang ada. Lebih lanjut Aprianto menjelaskan selama ini yang mereka keluhkan adalah sistem penjurian yang dilakukan, karena selama ini mereka tidak pernah merasa puas dengan sistem penjurian pada lomba telong-telong ini. ia mencontohkan tahun 2012 lalu mereka membuat telong-telong menyerupai pesawat Sukhio namun mereka hanya mendapatkan juara harapan satu, sedangkan yang juara I adalah telong-telong yang menyerupai kapal yang sudah umum dikeluarkan setiap tahun. \"Kita juga tidak tahu bagaimana sebenarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh dewan juri, apakah melihat kreatifitas atau bagaimana, tapi yang langganan juara setiap tahunnya adalah yang itu-itu saja,\" keluh Aprianto. (251/cik6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: